Minggu, 26 September 2010

Ramah Tamah dengan Ustadz Bobby

 

Hari Sabtu tanggal 25 September 2010 jam 11.00 Wita Ustadz Bobby meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan jamaah Yayasan Baitul Ummah. Semula rencana hanya beramah tamah tetapi permintaan dari jamaah Ustadz Bobby dimohon untuk memberikan tausiyah karena banyak dari jamaah yang tidak bisa hadir pada waktu memberikan tausiyah pada Sholat Subuh.
Ustadz Bobby dengan tanpa persiapan dan sempat mengatakan SALTUM bin Salah Kostum akhirnya memberikan siraman rohani kepada kita.
Di awal siraman rohaninya Ustadz Bobby mengatakan bahwa Masjidil Haram dan Masjid Nabawi terlihat berkilau saat dipotret dari IKONOS Sattelite.



Seperti yang tertulis dalam QS. 24:35
" Allah (Pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah baratnya yang minyaknya (saja) hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu."

DOA PERGI KE MASJID


 اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شَمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا. [اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ] [وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا] [وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ].

  “Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku” [28] [Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”] [29], [“Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”] [30], [“dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”] 
Bila kita ambil analoginya, maka anggaplah masjid itu adalah sebuah senter dan jemaah itu adalah batu baterainya. Maka, ketika baterai semakin banyak kita susun secara seri, maka cahaya lampu senter akan semakin terang. Dan ketika diantara lampu baterai itu terdapat celah, maka lampu senter itu tidak akan menyala.

Seperti sabda Rasulullah saw,
“Sebagaimana hadis dari Umar bin Khaththab r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda, Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaitan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutuskan shaf niscaya Allah akan memutuskannya. (Hadis Riwayat Abu Daud, disahihkan oleh Ibnu Khuzaimahdan al-Hakim).